Sebelumnya saya mohon maaf dulu apabila tulisan yang akan saya tulis ini menjadi tidak berkenan atau bahasanya yang tak teratur. Yupz... karna dah sangat jarang posting dan menulis, otomatis hal tsb mempengaruhi juga tata bahasa yg akan digunakan. Yang akan ditulis pun untuk sementara ini cukup sederhana masih. Namun apapun itu, the show must go out.. eh, go on mksudnya...
[muqaddimah yang ngak penting]
***
Sabtu, 4 Februari 2012 (11 Rabiul Awal 1433 H) mungkin adalah hari yang biasa-biasa saja bagi beberapa orang. di daerah kami, terutama di sekitar daerahku tinggal ada yang berbeda seperti biasanya. Beberapa rumah mulai kasak kusuk mempersiapkan semacam kenduri walau secara kecil-kecilan. Mulai potong kambing sampai tumis kepiting (eh), kue bakwan sampe timphan :D. Aku pun mulai tersadar klo besoknya itu adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Nah, apa hubungannya kenduri dengan maulid Nabi? Walaupun masih ada yg memperdebatkan mengenai hal ini, kenduri di daerah kami sudah menjadi semacam tradisi tersendiri. Ada yang memasak sampai beberapa belangong (kuali) untuk kenduri satu desa dan mengundang desa lainnya, atau ada juga yang sekedar kenduri kecil-kecilan di rumah dan mengundang tetangga atau anak yatim. Merasa senang dan semacam munculnya sebuah semangat tak tergambarkan ketika terkenang perjuangan Rasulullah dulu. Momentum seperti itu akan terasa lebih luar biasa ketika bisa diperingati atau dirayakan. Dan dimomentum ini pula kisah-kisah teladan mengalir secara langsung baik dari penceramah atau bincang-bincang selagi mempersiapkan kenduri. Di masa dahulu, maulid bertujuan untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam perang.
Kembali ke kisahku tadi, kenduri maulid di desa kami tahun ini memang diadakan kecil-kecilan. Bahkan bisa dikatakan tidak diadakan secara kesepakatan resmi seperti biasanya (setidaknya belum menurutku). Beberapa KK (kepala keluarga) menyiapkan masakan (kenduri hidang) untuk dibawa ke Meunasah (mushalla desa) dan disantap bersama setelah shalat magrib dan zikir bersama. Aku sendiri selain di meunasah, juga menghadiri salah satu kenduri di Dayah (pesantren) dekat rumah. Ya, karna waktunya bersamaan maka aku hanya mengantarkan makanan dan singgah sebentar ke meunasah, baru deh meluncur ke dayah.
Bagiku, Disini acara bisa lebih meriah. Selain makan kenduri bersama (tentunya :) ) dan zikir barzanji, juga ada lengiek. Lengiek itu adalah semacam gerakan tari (posisinya mirip dengan tari saman) yang diiringi dengan lantunan shalawat dan zikir. Ikut berada dalam barisan lengiek itu bagiku itu sesuatu. Hehehe... semangat dari setiap lantunan mudah-mudahan terus bisa meningkatkan kecintaan terhadap Rasulullah Muhammad SAW.
0 komentar:
Posting Komentar