Lama tidak menulis di blog, jadi gagap juga untuk memulai. Tapi klo ngak sedikit dipaksa ngak bakalan terangkum dalam rangkaian kalimat-kalimat kan.. :)
sebelumnya saya mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa 1433 H bagi yang menjalankan. Semoga amalan kita diterima dan menjadi orang-orang yang bertaqwa.
Jika menilik sedikit ke belakang, dalam rentang satu atau dua minggu sebelum puasa, banyak dari kita yang memanfaatkan waktu (liburan atau bukan) untuk kegiatan yang cenderung ke santai-santai. Ada yang ke pantai, air terjun, tempat pemandian, atau tempat wisata lainnya.
Salah satu tempat yang dipadati pengunjung di kawasan sekitar Banda Aceh dan Aceh Besar adalah Pantai Lampuuk. Hari sabtu minggu kawasan tersebut begitu padat, jauh lebih ramai dari sebelumnya. Selain memanfaatkan waktu libur (padahal bukan masa liburan), kebanyakan pengunjung beralasan lebih kepada “nanti tidak bisa lagi”. Maksudnya? Iya, sebentar lagi kan dah masuk bulan puasa, jadi takutnya ngak sempat lagi mandi ke pantai.
Selain tempat wisata, yang juga menjadi magnet adalah cafee, warkop, atau rumah makan. Tapi bukannya kafee dan warung kopi setiap harinya ramai? Iya, tapi ini menjadi lebih ramai dan berkelompok. Sebagian juga beralasan, “nanti tidak bisa lagi, sebentar lagi sudah puasa”.
Hal yang demikian hampir setiap tahunnya terjadi menjelang bulan puasa. Sugesti “selagi masih bisa” mempengaruhi keadaan sehingga menjadi “ramai”. Selagi sebelum puasa, kita mandi di pantai saja dulu. Selagi masih bisa, makan banyak-banyak dulu kita.
Semangat “selagi masih bisa” ini sesungguhnya sangat luar biasa jika kita mampu memanfaatkannya di bidang yang lain. Di dalam sebuah hadist juga terdapat mengenai hal ini, “lima perkara sebelum lima perkara”
1. Pergunakan masa mudamu sebelum datang masa tuamu
2. Pergunakan masa luangmu sebelum datang masa sibukmu
3. Pergunakan waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu
4. Pergunakanlah waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu
5. Pergunakan hidupmu sebelum datang matimu
Selagi masih bisa, kita masih muda, tidak ada salahnya melakukan hal yang bermanfaat dan berguna di waktu tua. Akan berbeda situasi nantinya ketika sudah tua dan berkata, “coba dulu aku masih muda”. Waktu luang adalah waktu yang seringkali terbuang. Akan terasa waktu itu begitu berharga ketika kita terjepit, mengalami deadline untuk mengerjakan sesuatu. Apakah itu skripsi (bagi mahasiswa) yang jika serius dikerjakan malah bisa 1/3 waktu yang dijalani, kerjaan yang selalu ditumpuk untuk dikerjakan, dll.
Ketika sakit, akan terasa betapa nikmat sehat itu sungguh luar biasa. Ketika punya harta dan malah dipergunakan untuk foya-foya, bagaimana rasanya coba jika harta itu sudah ditarik. Tidak sedikit kan orang yang tiba-tiba jatuh bangkrut, mendadak kaya trus tiba-tiba miskin lagi.
Bisa saja sih kita beralasan terhadap hal-hal di atas tadi, “ah, masih bisa diperbaiki”. Toh klo keceplosan masih bisa tobat, klo dah bangkrut masih bisa usaha lagi. Yups, hal-hal tadi memang masih kemungkinan bisa kita perbaiki dan kita ulangi, tapi selama kita masih hidup. Nah, klo kita sudah mati? Hidup tidak bisa diulangi bukan?
Selagi bisa, dan yang paling sering yang kita lakukan adalah menunda. Mengambil sebuah momentum memang perlu, namun tidak harus menunggu momentum itu datang. Momentum itu harusnya dijemput, kalau bisa melakukannya sekarang kenapa harus besok.
Dan bulan ramadhan kali ini bisa menjadi sebuah momentum yang baik, selagi kita masih hidup, selagi kita masih bisa….
1 komentar:
two thumbs up untuk tulisannya :)
btw..blognya cakpe zikra *mupeng :D
Posting Komentar