Lain lubuk lain pula ikannya. Beda daerah beda pula keunikan yang tersimpan di dalamnya. Keberagaman serta keunikan yang ada mencakup banyak aspek. Salah satunya adalah bangunan rumah khas daerah. Aceh sendiri juga mempunyai rumah adat khas yang disebut dengan ‘Rumoh Aceh’.
Rumoh Aceh |
Rumoh Aceh sendiri mempunyai beberapa bagian :
1. Seuramou-keu (serambi depan) , yakni ruangan yang berfungsi untuk menerima tamu laki-laki, dan terletak di bagian depan rumah. Ruangan ini juga sekaligus menjadi tempat tidur dan tempat makan tamu laki-laki.2. Seuramou-likoot (serambi belakang), fungsi utama ruangan ini adalah untuk menerima tamu perempuan. Letaknya di bagian belakang rumah. Seperti serambi depan, serambi ini juga bisa sekaligus menjadi tempat tidur dan ruang makan tamu perempuan.3. Rumoh-Inong (rumah induk), letak ruangan ini di antara serambi depan dan serambi belakang. Posisinya lebih tinggi dibanding kedua serambi tersebut. Rumah induk ini terbagi menjadi dua kamar. Keduanya dipisahkan gang atau disebut juga rambat yang menghubungkan serambi depan dan serambi belakang.4. Rumoh-dapu (dapur), biasanya letak dapur berdekatan atau tersambung dengan serambi belakang. Lantai dapur sedikit lebih rendah dibanding lantai serambi belakang.5. Seulasa (teras), teras rumah terletak di bagian paling depan. Teras menempel dengan serambi depan.6. Kroong-padee (lumbung padi), berada terpisah dari bangunan utama, tapi masih berada di pekarangan rumah. Letaknya bisa di belakang, samping, atau bahkan di depan rumah.7. Keupaleh (gerbang), sebenarnya ini tidak termasuk ciri umum karena yang menggunakan gerbang pada umumnya rumah orang kaya atau tokoh masyarakat. Gerbang itu terbuat dari kayu dan di atasnya dipayungi bilik.8. Tameeh (tiang), kekuatan tiang merupakan tumpuan utama rumah tradisional ini. Tiang berbentuk kayu bulat dengan diameter 20-35 cm setinggi 150-170 cm itu bisa berjumlah 16, 20, 24, atau 28 batang. Keberadaan tiang-tiang ini memudahkan proses pemindahan rumah tanpa harus membongkarnya.
Nah, yang menarik perhatian saya disini adalah ‘Rumoh Aceh’ yang bentuknya itu berupa rumah panggung. Salah satu alasan atau manfaat dari rumah berbentuk panggung ini sebenarnya adalah untuk mengantisipasi saat terjadinya banjir. ya, tentu saja di luar fungsi lainnya seperti agar terhindar dari binatang buas semacam harimau. Untuk sekedar pengetahuan, Aceh merupakan daerah yang mempunyai cukup banyak sungai, apakah itu besar maupun kecil. Di zaman kesultanan dulu bahkan sungai ini dijadikan alat transportasi, maka rumah-rumah yang dibangun pun secara sendirinya berdekatan dengan sungai.
Sesuai prinsip sungai itu sendiri, adakala airnya banyak dan sedikit, atau dalam bahasa hidrotekniknya adalah debitnya itu berbeda-beda. Adakalanya debit menjadi sangat besar karena pengaruh hujan yang terjadi intensitasnya tinggi sehingga menyebabkan terjadinya banjir. Kejadian alam semacam ini sebenarnya sudah merupakan kerutinan. Oleh karena itu, masyarakat Aceh zaman dahulu membangun ‘Rumoh Aceh’. Rumoh Aceh ini tersendiri menjadi aman terhadap banjir, jadi barang-barang yang ada di dalamnya bisa selamat saat banjir terjadi (selain banjir bandang juga tentunya :) ).
Pada saat sekarang Rumoh Aceh ternyata merupakan konstruksi yang tahan gempa juga. Dan belajar dari kejadian tsunami yang menimpa Pesisir Aceh tanggal 26 Desember 2004, konstruksi jenis ini cukup bekerja, apalagi dengan sedikit inovasi tambahan. Salah satu bentuknya adalah membangun rumah beton yang berbentuk Rumah panggung. Rumah-rumah seperti ini dapat kita jumpai di sekitar kawasan Ulee Lheue Kota Banda Aceh.
Rumah semi-beton Berbentuk Panggung |
Konstruksi panggung seperti ini, apabila suatu saat terjadi bencana tsunami (mudah-mudahan tidak terjadi lagi) yang ketinggian airnya tidak begitu tinggi, dapat terus mengalir diantara sela-sela tiang rumah. Ketiadaan hambatan terhadap air yang mengalir, menjadikan gaya yang bekerja terhadapa rumah menjadi kecil dan kemungkinan rumah untuk selamat menjadi semakin besar.
Namun ada hal yang sedikit disayangkan apabila pada kenyataannya bagian tiang bawah rumah itu malah dijadikan bagian ruangan dari rumah juga, alasannya sih ‘mubazir’. Kenyataannya, dengan begitu akan mengakibatkan hambatan yang terjadi menjadi semakin besar dan dapat berefek buruk terhadap bangunan.
Bagian Bawah Rumah 'panggung' yang Digunakan Untuk Ruangan |
Hal menarik lainnya adalah dibangunnya sebuah Museum Tsunami yang berkonsepkan Rumoh Aceh. Museum dengan arsitektur modern ini masih mempertahankan konsep ‘rumah panggung’ Aceh.
Museum Tsunami Aceh |
Bangunan seperti ini yang merupakan kearifan lokal dari masayarakat Aceh hendaknya dapat dipertahankan, minimal sih konsepnya saja. Bila pun harus membangun dengan konsep modern dan mewah, hal-hal yang dianggap kecil yang bermanfaat dapat kita terapkan. Budaya-budaya yang menjadi kearifan lokal itu bukanlah hal yang ketinggalan zaman. Namun sebuah budaya yang harus kita apresiasi dan terus kita kembangkan.
0 komentar:
Posting Komentar