Banyak sekali sebenarnya hal-hal yang terjadi di sekeliling kita yang bisa diambil sebagai ‘ibrah atau pelajaran. Apakah itu berupa kejadian alam, kegiatan makhluk ciptaan Allah selain kita manusia, dll. Hal-hal yang terjadi itu bahkan terkadang menjadi pengingat tersendiri bagi diri kita tuk introspeksi, mengoreksi diri sendiri yang penuh keterbatasan akan kemampuan.
Kali ini saya akan mengetengahkan sebuah kejadian, bukan kejadian sebenarnya karna tak terlalu istimewa sih, terlebih sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kita sebut saja sebuah hal :). Beberapa malam yang lalu saat hendak ke masjid untuk menunaikan ibadah shalat Isya beserta tarawih seperti biasanya, ada sesuatu hal yang menarik perhatian ketika saya membuka pintu pagar rumah. Pintu pagar rumah saya seperti pagar kebanyakan, model sorong gitu. Dan ada semacam bagian pintu satu lagi untuk buka tutup yang ukurannya biasanya lebih kecil.
Saya melihat semut yang sudah mulai bergerombol di antara batasan pertemuan kedua ujung pintu itu. Seperti biasanya juga, semut pohon yang berwarna merah itu menggunakan pagar rumah sebagai jalur transportasi dalam mobilisasi makanan ke sarangnya. Malam itu kebetulan jarak antar kedua pintu itu agak berjauhan, tidak berdempet seperti biasanya. Nah, jaraknya itu klo untuk ukuran semut, maka tidak akan bisa dilewati.
Saya mendekatkan lagi pandangan saya untuk melihat lebih jelas lagi ke tempat penyeberangan semut tadi. Ternyata ada sekitar 2 atau 3 semut yang menjadikan tubuhnya sebagai jembatan bagi yang lain. Kaki bagian depannya meraih bagian pintu pagar yang di depannya sementara kaki belakang tetap di posisi ia berdiri, di bagian pagar yang lainnya. Dengan posisi begitu, teman-temannya yang lain dengan mudahnya dapat melalui ‘jembatan buatan’ itu. Hal ini berlangsung cukup lama sebelum akhirnya aku membuka pintu dan mendekatkan jarak antar pagar agar bisa dilalui saja oleh mereka, tanpa jembatan tubuh temannya.
Beberapa malam kemudian aku masih penasaran, jadi sengaja aku menjauhkan jarak antar pintu pagar itu lebih kurang sekitar 2 senti. Aku mau lihat, gimana cara mereka menyeberang. Klo sebelumnya ‘jembatan’ bisa dibuat hanya dengan jangkauan semut, kira2 klo jarak lebih jauh gini bisa ngak ya? Dan ternyata, jembatan tetap dibuat oleh semut. Kali ini mereka bergandengan, semacam berpegangan gitu. Jadi, 2 ekor semut saling mengapit diri membuat jembatan dan semut2 lainnya dengan mudahnya berjalan di atas badan mereka. Salut.
**
Yang sempat terpikirkan adalah, semut-semut itu bekerja sama agar tujuan mereka (menyeberang) bisa tercapai. Nyatanya, jika mereka bekerja sendiri-sendiri, tujuan akan susah dan bahkan tidak mungkin bisa tercapai. Perlu beberapa semut yang mengambil ‘inisiatif’ dan mengorbankan dirinya untuk dijadikan jembatan. Toh nantinya semua angkutan makanan oleh semut juga akan dinikmati bersama.
Kita manusia, selaku makhluk yang dikarunia sebuah hal yang tak dipunyai oleh hewan/binatang yaitu akal, seharusnya sedikit malu dan mau serta tidak malu mengambil pelajaran dari contoh semut tadi. Alangkah indahnya jika kita mau bersatu. Bahu-membahu dalam pekerjaan untuk mencapai tujuan. Jangan hanya mengambil keuntungan tersendiri dari hal-hal yang ada. Bahkan berani mengorbankan kawannya sendiri untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Sendiri mungkin kita bisa melakukan sesuatu, tapi dengan bersama dan bersatu kita bisa jadi menghasilkan suatu hal lainnya yang lebih besar dan menghemat waktu. Persoalan yang ada pun akan menjadi mudah diselesaikan. Tidak malukah kita pada semut-semut di pagar?
:)
0 komentar:
Posting Komentar