Sore itu, Selasa 26 Juli 2011, suasana Kota Banda Aceh mendung berawan, bahkan ada di beberapa titik di kota ini hujan mulai genit merintikkan tanda-tanda keberadaannya. Angin yang terasa sedikit kencang sejak beberapa hari ke belakang di seputaran Banda Aceh pun tak mau kalah. Kali ini kehadirannya secara jelas terlihat dengan liukan pohon-pohon yang berayun kesana kemari, sesekali menerbangkan daun-daun yang sudah tak sanggup bergantung di dahan induknya.
Di satu sudut pusat kota Banda Aceh, di sebuah gedung unik yang dinamakan Anjong Mon Mata, papan-papan bunga ucapan berderet menghiasi pintu masuk ke dalamnya. Beberapa orang mulai bergerombol berdatangan memasuki halaman gedung yang bersebelahan dengan pendopo Gubernur Aceh itu. Menandakan sore itu akan ada sebuah acara yang bakal berlangsung. Dan benar saja, sore itu bakalan ada acara MOSA AWARD. Salah satu acara puncak dalam rangkaian acara Bakti KAMIMOSA (Keluarga Alumni Modal Bangsa) tahun 2011.
Alumni Modal Bangsa yang berasal dari berbagai angkatan mulai berdatangan memasuki halaman gedung Anjong Mon Mata. Acara sendiri memang di-set oleh panitia berlangsung sejak sore (pukul 18.00) karena bakalan ada coffe break bareng dulu. After coffe break bareng baru deh kemudian azan berkumandang yang menandakan masuknya waktu shalat untuk kawasan Kota Banda Aceh dan sekitarnya (lho, ini kok udah cem pembawa berita jadinya ya, hehe...). pertama kali melangkahkan kaki ke dalam mushalla yang berada tidak jauh dari gedung utama Anjong Mon Mata, suasana Modal Bangsa (selanjutnya disingkat menjadi Mosa) mulai kental terasa. Suasana mushalla yang tak begitu luas dan ada kain ‘hijab’ yang membatasi cowok dan cewek tak jauh berbeda dengan mushalla Mosa. Memori di otak tiba-tiba secara otomatis berputar mengingatkan akan masa-masa di mosa dulu. Saat azan berkumandang semua siswa bersiap menuju mushalla. Ada yang sudah memang berada di mushalla duluan sambil membaca Alquran, ada yang baru siap olahraga sehingga buru-buru mandi, ada yang menghilang atau pura-pura tertidur dengan alasan-alasan seluas bak cuci yang tinggal dikeluarkan saja satu persatu jika ada yang tanya, ada yang sabar (shalat barak -_-‘), dan bermacam lainnya. Yang jelas suasana menjelang magrib di kampus mosa begitu sibuknya, hanya berada satu tingkat di bawah kesibukan saat pagi antri buat mandi,, :D.
Shalat magrib usai, para alumni dan guru yang datang terus saja bertambah banyak, dan segera menuju ke ruang utama Anjong Mon Mata untuk makan malam bersama. Jarak ruang utama yang tidak begitu jauh dari mushalla terasa bagaikan sedikit lebih jauh karena selama perjalanan kesana, para alumni mulai bersalaman bersama para guru dan teman-teman atau adik/abang/kakak angkatan yang mereka kenal dulu atau pura-pura kenal saja lah. Hehe... sesekali para guru mulai bertanya nama siswanya dulu karena lupa. Ya, maklum saja karna sudah lama mereka tak bertemu ditambah lagi tampang-tampang alumni Mosa kebanyakan memang berubah mulai sejak keluar dari Mosa. Ada yang udah brewokan, jenggotan, kumisan, kacamata-an, gondrongan (:D), dan yang paling banyak persentasenya adalah : alumni Mosa hampir semuanya tambah ‘Sehat’ aja. Hehehe....
Memasuki ruangan Anjong Mon Mata, langsung deh disambut (disambut..? emangnya jatoh... -_-‘) ama adek-adek yang lagi ngejagain meja. Wah, ngak da kerjaan ni adek-adek, masak meja dijagain? “bukan begitu Bang, ini meja registrasi. Jadi semua tamu-tamu yang hadir mengisi buku tamu ini. Sekaligus membantu pendataan gitu..” celutuk seorang cewek yang jagain. Oo... gitu ya, bener banget tu. Makanya, klo ada lagi kayak gini besok-besok, temen-temen jangan pada lupa atau kura-kura dalam abu (pura-pura maksudnya :) ) ngak tau buat ngisi tu buku tamu ya. Biar enak ntar kita memetakan keadaan alumni kita. Okey,,? ^^V.
Setelah meninggalkan jejak nama di meja regristrasi, rupanya dapat bonus sekotak nasi (makanya tu, jangan pernah lupa regristrasi, hehe..). dan makan malam bersama pun berlangsung di ruangan sederhana namun luar biasa ini. Sambil makan-makan, peserta mulai riuh bercakap-cakap sesama kawan atau kenalan lintas angkatan, melepas kangen gitu ceritanya. Cerita-cerita pun mengalir begitu saja. Kaset radio lama pun berputar-putar mengisi malam di ruangan itu. Walaupun sebenarnya kaset yang sama telah diputar berulang-ulang kali sebelumnya, bahkan dengan pelaku dan pendengar yang sama, namun tetap saja cerita-cerita yang mengalir di dalamnya tak pernah usang, tak pernah bosan untuk di dengar. Di kaset itu samar-samar masih bisa terlihat tulisan : Memori Modal Bangsa.
= = pewarta berita kembali hadir mengabarkan bahwa saatnya shalat Isya untuk kawasan Banda Aceh dan sekitarnya = =
Keluarga Mosa yang hadir pada malam itu pun melaksanakan shalat Isya berjamaah di mushalla. Oh iya, pada malam itu bukan hanya alumni dan guru saja yang hadir lho, adik-adik yang masih berstatus siswa juga hadir. Sampe-sampe mereka mengerahkan empat mobil patroli labi-labi ke arena itu pada malam itu. Info yang sangat rahasia ini (?) saya dapatkan langsung dari siswa ybs (yang bersangkutan) saat bincang-bincang sekilas sambil makan malam. Ah, labi-labi, mobil yang menjadi angkutan utama siswa Mosa dulu untuk mengakses dunia luar, pergi ke kota :).
Kembali ke ruangan setelah Shalat Isya berjamaah, riuh mulai mengabarkan suasananya (duh, bahasa yang pasnya gimana ya. Pokoknya mulai asik lah..). video tentang Mosa diputar oleh panitia. Peserta mulai senyam-senyum sendiri melihat kenangan di video yang terpampang di dua slide bak layar tancap itu. Video yang menceritakan kenangan-kenangan dan kegiatan sehari-hari yang dilakukan di Mosa dulu. Sesekali tawa pecah dari peserta karna muncul foto-fotonya yang masih culun semasa muda dulu (nah lho).
[----iklan berjalan----]
[ bagi anda yang ingin memesan atau memperoleh video tersebut, bisa menghubungi panitia atau pengurus KAMI MOSA terdekat ]
[ ---- iklan selesai---- ]
Acara yang bertajuk “KAMI MOSA AWARD” pada malam itu pun secara resmi dimulai. Acara yang merupakan puncak acara dari rangkaian acara Bakti Kamimosa (Bakti sosial kesehatan di 4 desa sekitar kampus Mosa, Pelatihan IT untuk 200 siswa SMP di sekitar kampus MOSA, Lomba Futsal antar angkatan, Talkshow SMA Modal Bangsa; dulu, sekarang dan akan datang, Musyawarah KAMIMOSA (Musga) dan pemilihan ketua umum periode 2011-2013 dan MOSA Award) dimulai dengan penampilan tari ranub lampuan dari siswi-siswi Modal bangsa, pembacaan ayat suci Alquran dan penampilan Obade Lagu Indonesia Raya, Hymne, dan Mars Modal Bangsa.
Memori kenangan-kenangan di Mosa dulu sepertinya berputar deras di malam itu. Liat saja salah satu memoriku ini saat mendengar lagu Indonesia Raya. Di saat yang lain dengan khusyuk menikmati, saya malah senyum-senyum sendiri mengingat salah satu memori dulu. Ya, saat kami kelas 3 dulu, kami sempat beberapa kali dihukum karena saat mendapat giliran untuk pelaksanaan upacara bendera, tim obadenya lemah gemulai menyimpan suara hingga tak terdengar oleh peserta upacara yang lain. Akibatnya petugas penggerek bendera kelimpungan menerka-nerka mensinergikan tinggi bendera dan lagu Indonesia Raya, sudah sampai mana mereka nyanyinya ya? Ckckck... dan akibat dari hal itu kami pun diganjar hukuman push up atau terkadang mencabuti rumput yang mulai memanjang di lapangan upacara sesaat setelah upacara berlangsung. Kalau sekarang mungkin sudah tak ada lagi ‘seremoni’ mencabut rumput itu karna lapangannya sudah ter-pavin block semua. Kira-kira klo hukuman yang mirip-mirip sekarang tu mungkin : mencabut pavin block, nah lho.... :D
Hymne dan mars modal bangsa yang dilantunkan oleh siswa-siswi Mosa terasa asing bagiku karna pertama kali ini mendengarnya. Maklum saja sih sebenarnya, karna menurut info yang kuperoleh, hymne dan mars ini termasuk baru dan tak ada di masa kami dulu. Namun mendengar dan mencermati setiap baitnya, seakan aku dibuat merinding. Mantap deh pokoknya. Untunglah mars-nya sempat kurekam wlopun hymnenya missing dari recording.
Kemudian acara pun dilanjutkan dengan serangkaian kata-kata sambutan. Masing-masing oleh Rais Al-Abqary selaku ketua pelaksana acara, Hijrah Saputra Yunus selaku ketua KAMI MOSA terpilih 2011-2013 (untuk tulisan mengenai pemilihan ketua ini bisa dibaca di Pemilihan Ketua KAMI MOSA 2011-2013 ), Pak Drs. Yusnaidi, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN Modal Bangsa sekarang, dan kata-kata sambutan sekaligus pembukaan acara “MOSA AWARD” oleh Bapak Asisten yang mewakili Gubernur Aceh yang kebetulan tak bisa berhadir di malam itu. Secara khusus Bapak Asisten juga berpesan dan mengharap agar alumni-alumni Mosa yang sudah menimba ilmunya dan sekarang berada di berbagai daerah dan berbagai benua agar mau ‘pulang’ dan membangun Aceh secara bersama-sama. Hmm... pesan yang bijak dari seorang pemimpin bangsa, dan akan lebih bijak lagi jika mereka yang sudah berada di luar itu bisa dihargai di negerinya sendiri nantinya. :)
Acara seremoni pun usai, dan sekarang saatnya acara inti berlangsung. Dipimpin oleh 2 orang MC (Mulya dan Dara) yang pede-nya ngak abiz-abis, acara inti itupun dibuka oleh suguhan tari saman oleh siswa-siswa modal bangsa. Sepuluh penari menampilkan tari yang begitu atraktif. Sampai-sampai salah satu tamu utama yang hadir pada malam itu, Teuku Adifitrian atau lebih dikenal dengan nama Tompi, begitu serius memperhatikan penampilan mereka dan secara khusus berpesan agar terus rajin berlatih lagi, melihat penampilan mereka yang mantapz.
Setelah penampilan saman, ruangan kembali riuh penuh saat MC memberitahukan bahwa saatnya pembacaan award. Kategori award pertama adalah kepada para founding father (penggagas berdirinya Mosa), Kepsek, dan Komite Sekolah. Tepuk tangan dari hadirin mulai riuh menyambut para penerima award tersebut. Dan terkhusus kepada para founding father, insya Allah mereka takkan pernah menyesal telah menggagas sebuah sekolah yang menghasilkan calon-calon intelektual, modal bagi bangsa ini. Salah seorang dari mereka yang paling saya ingat, walaupun tidak hadir pada malam itu (tapi diwakili oleh anak beliau) adalah Bapak Syamsuddin Mahmud, mantan Gubernur Aceh dulu. Bapak ini dulunya hampir selalu hadir di acara-acara Mosa, termasuk saat acara perpisahan angkatan kami di tahun 2005. Saat itu aku teringat, pagi-pagi beliau sudah hadir ke sekolah walaupun di jadwal yang ada, acara belum berlangsung. Beliau berkeliling di seputaran sekolah terlebih dahulu sebelum memasuki aula Mosa tempat acara-acara biasanya diadakan. Aku yang kebetulan sedang berada di samping kelas karena sedang menyelesaikan “monumen peninggalan” (dulu tu hampir di setiap angkatan meninggalkan bekas-bekas berbentuk monumen atau apalah yang menandakan keberadaan mereka sebelum meninggalkan kampus Mosa) kebetulan melihat beliau berkeliling sambil memandangi bangunan-bangunan Mosa. Diantaranya salah satu bangunan yang di dindingnya tertulis sebuah pesan, pesan yang jika kita berkumpul mengikuti upacara dapat dilihat secara jelas : Don't wait untill tomorrow what you can do today.
Kembali ke topik acara, selanjutnya adalah pembacaan penerima award kategori guru yang pernah mengabdi di Modal Bangsa. Guru-guru tersebut ada yang sudah menjadi kepala sekolah di tempat lain, dipindah tugas ke instansi lain, dll. Diantara penerimanya adalah Pak Anwar Affan, Pak Nurdin Hasyim, Pak Nurdin Daud, Pak Yusuf Wahab, Pak Zulbahri, Pak TM Taufan, Pak Uswatuddin, Pak Hasbi, Pak M. Asif, Pak Amiruddin, Pak Najmi, Bu Farida Hanum, Bu Nasriyah, Bu Nurhayati Idris, dll (kepada panitia or yang tau selengkapnya tolong dilengkapi ntar ya, hehe..). satu persatu nama-nama tadi dibacakan diiringi backsound nya Pirates of Carribian saat Capten Jack Sparrow berdiri memimpin pasukan di geladak kapalnya, suara riuh dari hadirin di malam itu kembali riuh gemuruh. Riuhnya malam itu sungguh tak dapat digambarkan atau dijelaskan melalui kata-kata. Sungguh mengharukan rasanya. Satu nama dipanggil dan saat nama itu mulai menaiki panggung, hadirin langsung bersorak seperti dikomando “Weeee....” diikuti riuh tepuk tangan yang tak henti-hentinya. Para pahlawan tanpa tanda jasa itu terlihat juga sangat menikmati, malam itu serasa betul-betul menjadi bintang. Salah kalau ada yang menyamakannya dengan acara AMI award, Panasonic Award, atau Piala Oscar sekalipun. Karna yang terjadi sesungguhnya adalah sungguh sangat berbeda dan luar biasa, benar yang saya bilang ini lho. Subhanallah...
Lanjuuuttt... Kategori berikutnya yang dibacakan adalah guru-guru dengan masa pengabdian 15 tahun. Penerimanya antara lain, Pak Tarmizi, Pak Nurdin Ubit, Pak Dailir, Pak Martian, Bu Thallea Nensis, Bu Nurhayati Isa, Bu Darmawati, Bu Salmah Ibrahim, Bu Kemalasari, Bu Nurhayati Isa, (lagi-lagi klo ada yang kurang tolong dilengkapi ya). Dan seperti di saat pembacaan sebelumnya, hadirin kembali bersorak sambil bertepuk tangan saat satu persatu nama dibacakan. Terlebih, para penerima kategori ini yang dikomandoi oleh Bu Nensis mengangkat tangan mereka sambil foto bareng sesaat setelah award diserahkan. Sekali lagi, sungguh luar biasa malam itu.. :)
Di tengah-tengah keriuhan yang kian menggema, MC mengumumkan bahwa saatnya salah satu tamu utama malam itu tampil. Yupz, beliau adalah bang Tompi. Dengan setelan jas kecoklatan dan kebetulan malam itu sedang tak memakai topi (;p), bang Tompi menceritakan beberapa hal termasuk memori saat-saat di Mosa dulu sebelum akhirnya membawakan lagu Tak Bisa Setengah Hati dan Menghujam Jantungku diiringi musik minus one. Hadirin sungguh bersemangat dan menikmati lagu-lagu yang dibawakan bang Tompi, sambil sesekali ikut juga bernyanyi. Wah, mantapz deh pokoknya. Sebagai info aja, bang Tompi tampil disini ngak dibayar lho. Nah, pihak mana lagi ni yang bisa gini, menghadirkan penyanyi yang sudah menjadi public figure nasional tanpa dibayar? Only Mosa doank kayaknya ya. Hihihi....
Siap dengerin lagu-lagunya bang Tompi, pembacaan award kembali dilanjutkan. Kali ini kategorinya adalah guru-guru dengan masa pengabdian 10 dan 5 tahun. Penerimanya diantaranya adalah Pak Ito Nangar, Pak Lazuardi, Pak Ramli, Pak Suryadi, Bu Nelva, Bu Hayatun Nufus, dll (tolong lagi dilengkapi ya..:) ). Riuh tepuk tangan hadirin seolah tak pernah berhenti menyambut setiap nama yang disebut. Karna setelah itu juga masih ada award, yaitu guru-guru yang masih baru mengabdi di Mosa, tak ketinggalan juga award diberikan kepada petugas dapur/kakak dapur (ayoo.. ada yang masih inget ngak siapa-siapa aja tu kakak dapur yang kadang sering digangguin,^^V), kepala asrama, TU, juga tak ketinggalan tim PKD. Lengkap deh rasanya...
Malam semakin jula menjelang... (ngak apa-apa ya bahasanya nyampur bahasa aceh dikit; jula=larut). Namun kemeriahan acara belum juga padam. Di dalam gedung Anjong Mon Mata yang dipenuhi para alumni, guru, dan siswa Mosa ini semangat keluarga Mosa kian kental saja terasa. Pada tahap ini, MC kembali membacakan request agar bang Tompi kembali hadir ke atas pentas membawakan lagu-lagunya. Bang Tompi pun naik, namun kali ini ngak mau nyanyi kalau teman-teman seangkatannya yang duduk bersama di barisan pojok depan semenjak acara berlangsung tidak mau ikutan. Akhirnya semua teman angkatan pertama Mosa itupun hadir di atas panggung, nyanyi bareng bang Tompi menghibur hadirin di malam itu. Entah keberapa kali harus kutuliskan kata-kata mantapz dan luar biasa untuk malam itu.
Award selanjutnya... (lho, masih ada toh..) diberikan kepada para alumni yang telah berhasil menorehkan prestasi di bidangnya masing-masing. Kategori awardnya adalah peraih Doctor pertama yang didapat oleh bang Azma Putra (angkatan 1) 3 tahun yang lalu, pilot pertama oleh bang Aksa Aulia (angkatan 6) dan national public figure oleh Bang Teuku Adifitrian alias Tompi (angkatan 1). Khusus untuk penerima kategori award ini, secara langsung diserahkan oleh agen 001. Lho, apa maksudnya tu agen 001? Yupz, saya menyebutnya demikian karna agen 001 itu adalah siswa Mosa ‘pertama’ yang menggenggam prediket siswa dengan NIS (nomor induk siswa) 001. Agen 001 yang beruntung itu adalah Bang Abdul Fikri, yang selama acara terus saja digangguin oleh bang Tompi.
Rangkaian acara terakhir pada malam itu adalah pengumuman dan pembagian hadiah kepada para juara Lomba Futsal antar angkatan. Juara-juara yang diumumkan oleh Roby Syahyadi itu adalah angkatan 11 sebagai juara 1, diikuti angkatan 14, 15, dan 12 sebagai juara 2, 3, dan 4. Juga diumumkan pemain terbaik pada turnamen itu yang disabet oleh Khairul Fuad dari angkatan 11. Selain mendapat piagam dan hadiah yang diserahkan langsung oleh Bu Icha, juara pertama juga mendapatkan piala bergilir yang akan diperebutkan di turnamen futsal KAMI MOSA tahun mendatang. Ayo-ayo... rebut kembali piala itu tahun depan ya, hehe...
Acara pun akhirnya selesai setelah penyerahan hadiah turnamen futsal itu. Rangkaian indah acara malam KAMI MOSA AWARD pun ditutup dengan bersalaman dengan para guru yang naik ke atas pentas. Sesekali para guru terlibat canda tawa dengan alumni sambil berbincang ringan. Para alumni yang ‘diingat’ namanya oleh guru merasa sedikit sumringah, rupanya namanya terkenal juga ya. Ckckck....
Setelah bersalam-salaman sekaligus foto bersama-sama, rangkaian acara malam itu akhirnya berakhir. Namun semangat yang telah diperlihatkan takkan pernah berakhir. Malam itu, di ruangan sederhana, riuhan, sorak sorai, tepuk tangan, yang menggema sepertinya akan terus saja tergiang dan berdengung. Memunculkan memori-memori baru yang di –save bersama-sama memori Mosa dulu, sekarang, dan akan datang insya Allah. Modal Bangsa yang hingga kini telah melahirkan 15 angkatan dengan jumlah alumni 1400 orang lebih.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu terselenggaranya acara ini. Bersama insya Allah kita bisa :).
*hanya tulisan singkat ini yang bisa saya sumbangkan, mohon perbaikan dan penambahan bila berkenan.
Semoga KAMI MOSA bisa jadi terus lebih baik nantinya. Salam KAMI MOSA..:)
**mohon maaf agak telat nge-postingnya.
===
Wah, ngak terasa udah beberapa jam duduk di depan laptop. Senyam-senyum sendiri menulis tulisan ini sambil berusaha mengingat-ingat kembali memori softdisk internal otak yang kadang-kadang mulai kabur juga. Duh, cucian masih kerendam aja tuh, udahan dulu ya...
C u,,,,
Wassalam..
:)
0 komentar:
Posting Komentar