Dalam perjalanan ke kantor tiap harinya, aku teringat suatu pengalamanku di masa lalu. Yang kemudian ketika aku beranjak remaja, aku baru menyadarinya. Di jalan yang sama, beberapa tahun yang lalu. Kalau tidak salah saat itu aku baru duduk di bangku kelas IV MIN (setingkat SD). Aku dibawa bepergian oleh ayahku. Menggunakan vespa P150 x berwarna merah, saat melewati jalan ini, yang dulunya terdapat salah satu SMA unggul. Ayahku berkata, “ sekolah ini sekolah bagus. Yang bisa masuk adalah orang-orang pande”. Terdiam sejenak, kemudian beliau melanjutkan, “kamu bisa masuk kesini nantinya?” tentunya saat itu aku tidak mengerti, bahkan maksud dan harapan beliau agar aku suatu saat bisa masuk ke sekolah yang di dalamnya terdapat orang-orang yang cukup pandai, sama sekali aku tak paham. Aku hanya terus saja melihat ke arah sekolah yang ditunjuk ayahku. Namun kata-kata itu tetap saja kuingat, mungkin aku saat itu belum cukup paham.
Di lain kesempatan, saat kami melewati sebuah rumah salah satu tokoh nasional dari Aceh, masih dengan vespa yang sama. Ayahku juga pernah berkata, “ini adalah rumah orang hebat. Beliau dikenal secara nasional. Di dalam rumahnya banyak buku-buku karyanya. Bla..bla..bla...”. dan kata-kata terakhir yang kuingat, “kamu mau seperti beliau?”. lagi-lagi, tentu saja aku tak mengerti apa-apa. Aku hanya bisa melihat rumah sederhana yang ditunjuk itu. Saat itu yang terbesit dalam pikiranku adalah, rumah itu hanyalah sebuah sederhana. Sedangkan orangnya? Aku tak tahu wajahnya.
Atau di saat lainnya. Ketika kami mengantarkan ayah ke bandara untuk berangkat dalam rangka pelatihan guru/kepala sekolah. Ayahku pernah berkata kepadaku,”Ayah sudah beberapa kali naik pesawat. Dan semuanya itu dibiayai, tidak memakai uang sendiri. Kalau pakai uang sendiri mungkin tak akan sanggup”. Beliau kemudian hanya tersenyum dan melanjutkan, “jadilah orang pandai, orang penting, yang bisa bermanfaat kepada orang lain. Dan kita akan dipakai (dihargai, dipercaya ; red) oleh orang lain”.
Dan saat-saat lainnya ketika aku mengantarkan ayah ke bandara, kata-kata itu selalu teringat. Sambil melihat ayah menaiki pesawat dari balik pagar bandara, aku berkata dalam hatiku, “bagaimana ya rasanya di dalam pesawat itu? Bisa terbang tingi. kapan aku bisa naik pesawat?”
**
Baru kemudian ketika aku beranjak remaja aku mulai menyadari kenapa aku diperkenalkan dengan hal-hal tadi. Mungkin aku diarahkan untuk mempunyai sebuah tujuan (cita-cita). Tak lupa juga, dalam menggapai sebuah cita tersebut harus dibarengi juga dengan doa. Doa agar kita tetap di berada di jalan menuju cita-cita dan ketentuan agar tidak melenceng dari jalan-Nya.
Kisah dalam aku mencapai tujuan-tujuan itu mungkin akan kuceritakan di bagian lain. Namun disini aku ingin mengatakan kepada kalian semua,
Kalian tahu, sekolah yang ditunjuk oleh ayahku dulu itu. Yang hanya bisa kulihat dari seberang jalan di masa kecilku. Yang dulunya sama sekali tak pernah terbayangkan olehku. Alhamdulillah aku berhasil masuk dan bersekolah disana. Bukanlah suatu kebanggaan yang sangat besar memang. Namun itu merupakan suatu pencapaian dari sebuah tujuan yang secara tidak langsung diarahkan kepadaku. Dan bukannya ayahku memaksaku bersekolah disana. Bahkan disaat aku mengikuti tes masuk, aku mendaftar bersama teman-temanku, baru kemudian aku meminta izin untuk bersekolah disana. Dan teringatku saat itu, ayah sedang berada di luar kota. Naik pesawat seperti biasanya.
Dan mengenai naik pesawat (haha.. bukannya lebay membicarakan masalah ini. Hanya untuk contoh analogi saja..), alhamdulillah aku juga sudah berhasil naik pesawat. Dan sebagaimana yang dipesankan dulu. Beberapa kali dari pertama kali aku naik pesawat, aku tidak menggunakan uang sendiri. Apakah itu berangkat dari Beasiswa Djarum (thanks alot), pergi survey/pengukuran, cek lapangan, dll. :)
Dan kini, rasanya yang belum kucapai adalah untuk menjadi seorang ‘tokoh nasional’. Yang dikenal luas melalui karya-karyanya yang bermanfaat bagi khalayak ramai. Mudah-mudahan aku tetap berada di Jalan-Nya dalam menempuh jalan menuju tujuan-tujuan lainnya. Walaupun tujuanku bukan untuk dikenal, tapi tetap bermanfaat untuk orang lain.
Aku berdoa, dan kuharapkan juga doa dari kalian semua.
0 komentar:
Posting Komentar