cerita tari waktu outbound di bandung

Gelombang II outbond Beswan Djarum 2007-2008 berlangsung di Cikole Lembang Bandung. Seperti biasa saat malam penutupan, para beswan dari masing-masing RSO unjuk gigi menampilkan kebolehan mereka dalam bidang seni.
RSO Jakarta (pada saat itu diwakili oleh beswan dari aceh dan palembang) membawakan tarian yang diiringi nyanyian. Yang menari para pria, sedangkan wanitanya menyanyi. Nyayian yang dibawakan adalah sebuah lagu tradisional yang berasal dari Prov NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) dimana lagu tersebut merupakan salah satu lagu pengantar tidur untuk menina bobokan anak (Do da Idi). Syair lagu tersebut berisikan harapan dan do’a seorang poma (ibu) yang sedang menidurkan anaknya. Harapan ibu tersebut bahwa ketika anaknya sudah besar anaknya bisa menjadi orang yang berguna buat bangsa, agama dan daerahnya. Serta keikhlasan hatinya bila putranya mati syahid untuk membela kehormatan bangsa, agama dan negara. Dan keinginannya yang sangat rindu akan kampung halaman dan menyuruh anaknya bisa berguna buat daerah asalnya.
Lagu tersebut tidak mengiringi tarian, yang mengiringinya adalah lagu :

1. Lagu Assalamu’alaikum
Lagu ini berisikan nasehat yang menyuruh kita agar menghargai, menghormati, menjamu dan melayani dengan sikap ramah, baik dan sopan pada setiap tamu yang datang ke daerah kita. Dan lagu ini menyuruh kita utuk tetap saling menjaga silahturahmi, dengan cara saling mengucapkan salam (Assalmu’alaikum) ketika saling bertemu dengan orang lain.
2. Lagu Seulanga
Lagu yang berjudul seulanga ini berisikan petuah – petuah kepada para gadis aceh untuk tetap menjaga diri dengan baik. Dimana para gadis di ibaratkan sebagai bunga seulanga yang sedang mekar, bunga yang cantik bunga seulanga mempunyai bau yang harum dan khas, tapi ketika bunga ini rontok dia akan hitam kekeringan dan tidak mempunyai wangi lagi. Jangan terlena oleh tipuan para kumbang (pria) yang ingin menghisap madu. Karena apabila hal itu terjadi maka tidak akan berguna lagi, hal tersebut tidak akan menjadi penyesalan bagi para gadis.



3. Lagu Aneuk Yatim
Aneuk yatim berarti anak yatim. Lagu ini mengisahkan sebuah kisah tentang anak yatim dalam suasana perang di aceh. Anak tersebut sangat rindu akan ayahnya sehingga ia bertanya pada ibunya! Ibu dimanakah sekarang ayah berada? Anak tersebut kehilangan ayahnya karena kondisi perang di aceh, dimana banyak anak – anak yang jadi yatim, yatim piatu. Istri – istri menjadi janda dan sebagainya. Sang anak bertanya lagi pada ibunya, kalau ayah meninggal dimanakah kuburannya? saya ingin baca do’a di kuburannya, tapi kalau ayah masih hidup dimanakah alamatnya? Saya kan mencarinya ketika dewasa nanti! Sang ibu sambil menangis menjawab itu kehendak tuhan kita harus sabar dan tawakkal pada Allah. Dan mari kita berdo’a supaya negeri aceh ini tidak lagi dalam suasana perang.

4. Lagu Hasan ngoen husen
Hasan dan Husein merupakan cucu dari Nabi Muhammad S.A.W dari Putrinya Siti Fatimah Az – Zahra. Dimana syair ini biasanya jadi salah satu syair yang dibawakan dalam tari tradisional aceh seperti tari seulawuet, tari seudati dsb.

5. Lagu Bunda ngoen ayah
Bunda ngoen ayah keulhee deungoen guree, ureueng nyan ban lhee meu bek tadhoet – tadhoet (Bunda dan ayah dan yang ketiga adalah guru, mereka bertiga jangan dimarahi). Lagu ini mengisahkan tiga sosok penting dalam kehidupan seseorang yaitu Bunda (ibu), ayah dan Guree (guru). Apabila kita berbuat kesalahan pada mereka kita harus menundukkan kepala dan meminta maaf pada mereka. Bunda mengandung, menyusui, merawat dan menyayangi kita sampai dewasa. Ayah membanting tulang, memeras keringat mencari nafkah buat kita untuk memenuhi segala kebutuhan kita. Guree (guru) adalah orang yang mengenalkan dunia (ilmu pengetahuan) dan akhirat (ilmu agama) pada kita. Oleh karena itu kita jagan sampai durhaka pada mereka.
Lagu tersebut bukanlah lagu sebenarnya yang dibawakan pada saat tarian karena tariannya memiliki lagu tersendiri tetapi kami mengkreasikannya agar lebih menarik

Hal yang istimewa juga ditampilkan para beswan pria yang membawakan kesenian tradisional aceh yaitu gabungan dari tarian tradisional Aceh yang sebagiannya sudah cukup terkenal di Indonesia, yaitu lengiek, saman, dan ratep meusekat.

Lengiek biasanya hanya dibawakan saat bulan maulud (Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, dan Jumadil Akhir kalender Hijriyah) dan sudah mulai sulit ditemukan di perkotaan, tetapi di pedesaan lengiek menjadi suatu hal yang ’harus’ untuk dibawakan saat maulud tiba. Yang menarik dari lengiek ini adalah cara duduknya, yakni bersila dan kaki kiri berada di bawah kaki kanan kawan yang ada di sampingnya. Hal itu menjadi suatu ikatan yang kuat yang melambangkan ikatan persaudaraan yang tak tergoyahkan. Biasanya diiringi oleh syair berbahasa Arab dan Aceh, yang menyanyikannya biasanya disebut Syekh.

Tari saman berasal dari gayo, sama dengan lengiek, juga diiringi oleh syair berbahasa Arab dan Aceh. Konsentrasi sangat penting dalam melakukan tarian ini karena gerakan yang cukup rumit dan kecepatan tarian yang semakin tinggi seiring bertambah tingginya iringan suara dari Syekh. Tari ini berasal dari salah seorang ulama besar Aceh, Syekh Saman. Biasanya dibawakan saat acara adat dan maulud.
Di pedalaman Gayo, saman dipertandingkan. Seperti pada acara pernikahan, tim dari pihak pengantin laki-laki dan perempuan saling unjuk kekuatan. Pada malam hari, acara bisa berlanjut hingga larut malam. Tidak ada kalah menang dalam pertandingan, yang ada kegembiraan yang menyatukan mereka.

Tari rateb meusekat adalah sebutan dari tari ratouh yang dibawakan oleh wanita, sedangkan yang dibawakan oleh laki-laki dinamakan ratouh duek. Tari ini berasal dari daerah pesisir dan pegunungan dengan berbagai jenis penamaan yang berhubungan dengan lokasi topografis daerah masing-masing.

0 komentar:

Copyright © 2012 Zikra NotesTemplate by :Urangkurai.Powered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.