Perjuangan itu tak Pernah Berakhir

halfman_450x400Juang, sebuah kata dasar yang sering ditambah imbuhan sehingga menjadi berjuang, pejuang, atau perjuangan. Kata yang lumayan sering diucapkan oleh beberapa orang dalam kalimat-kalimatnya, “Berjuanglah sejauh kamu bisa”, atau “Aku tidak akan menyerah, karna aku seorang pejuang”, or “Perjuangan itu membutuhkan pengorbanan”.
Sebenarnya, sejak kapan sebenarnya kita selaku manusia ini berjuang atau melakukan sebuah ‘perjuangan’? insya Allah penulis berusaha untuk menggambarkan beberapa hal sejauh yang bisa.

Disadari atau tidak, kita sudah berjuang sejak sebelum kita lahir menatap (atau meratap) dunia ini. Ketika jutaan sperma yang ditumpahkan bersama-sama menuju ke satu tujuan, saling lomba untuk bisa yang pertama menggapai ovum (sel telur) karna tidak ada istilah kesempatan kedua disini, dan salah satu akhirnya yang memenangkan perjuangan itu. Sperma akhirnya menjadi nuthfah hingga membentuk dan lahirlah seorang bayi. Bayi itu diberikan sebuah nama, NAMAMU tertulis disana.

Seiring berjalannya waktu, sang bayi terus tumbuh dan tumbuh. Ia berjuang dari semula tidak bisa untuk kemudian menelungkup, merangkak, berdiri, hingga bisa berlari. Tentunya perjuangan yang ada tidaklah mudah dan penuh resiko. Untuk bisa menelungkup, sang bayi terkadang kejepit tangannya, atau tertulungkup hanya kepala saja hingga teriak-teriak tak berbahasa memanggil ibunya. Saat belajar berdiri tak jarang kaki yang belum kuat itu kembali terjatuh. Terkadang jatuhnya pun semacam terkapar di lantai atau kejedot tembok hingga menimbulkan bekas benjolan sebagai tanda ‘kegigihan’ perjuangannya. Belajar berjalan/berlari pun tak kalah gigih. Saat baru-baru bisa berjalanpun hanya ada kata lurus ke depan, belum bisa belok. Jadinya apa aja yang ada di depan pun ditabrak mengingat rem pun belom bisa difungsikan. Om-om, tante-tante,kakek nenek, atau mainan yang ada di depan maen tabrak aja jadinya. Namun coba kita lihat dari hasil perjuangan kita itu, kita berhasil, wlo dengan berbagai macam resiko yang timbul.

Menginjak usia sekolah, SD, SMP, maupun SMA, untuk memasuki sekolah pun kita harus menjalani tes masuk. Tentu kita harus berjuang untuk bisa mendapatkan satu kursi di tangan. Kita mempersiapkan diri dengan belajar ataupun hal-hal lain yang dianggap perlu. Ketika sudah lulus, apakah perjuangan kita usai? Tidak. Kita harus terus belajar agar bisa mendapatkan nilai yang cukup memuaskan, atau paling keras takarannya, jangan sampe di-DO. Belajar di tingkat SMA juga penting untuk bekal memasuki bangku kuliah.


Memasuki bangku kuliah pun bukan suatu tahapan yang mudah, apalagi di era seperti sekarang ini. Kita semua berjuang memperebutkan satu jatah untuk bisa masuk kesana. Dalam sebuah jurusan saja, jika menerima sekitar 100 mahasiswa, jumlah yang bersaing disana bisa mencapai ribuan. Bahkan untuk jurusan favorit bisa puluhan ribu. Walaupun susah dan peluangnya tidak begitu besar, kita tetap berjuang untuk bisa kuliah di tempat yang kita inginkan kan..?

Selesai kuliah, kita masih harus mencari kerja. Mencari kerja di tengah-tengah kondisi bangsa yang kian carut-marut ini tentunya bukan suatu persoalan yang mudah. Hampir di setiap Job Fair yang dibuka, peminatnya membludak. Peserta bahkan rela antri berhari-hari bahkan tidur di lokasi. Berjuang untuk mendapatkan lowongan kerja yang disediakan.

Dan hampir di setiap sisi kehidupan, kita tetap harus berusaha menggapai sesuatu yang kita inginkan. Semuanya yang kita lakukan perlu perjuangan. Dan hal yang perlu diingat adalah, perjuangan yang ada seringkali membutuhkan suatu pengorbanan. Untuk belajar agar lulus tes masuk Universitas kita harus rela menyisihkan waktu kita yang lain, untuk ikut tes lamaran kerja kita harus menepikan dahulu urusan-urusan yang tak penting lainnya. Seorang pekerja harus rela bekerja lebih bahkan lembur hampir di tiap malam untuk bisa mendapat upah/gaji lebih. Gaji yang diperlukan untuk men-support kebutuhannya atau kebutuhan anak istri bagi yang sudah berkeluarga. Tentunya lembur itu memakan waktu. Kita pun rela waktu istirahat, bahkan waktu berkumpul bersama keluarga dikorbankan.

Pengorbanan yang dimaksud juga mencakup resiko yang diperoleh. Resiko ketika kita harus tersisih dari pergaulan sementara, ditipu orang, hasil kerja kita yang malah dikorupsi, atau bisa jadi hasil jerih yang sudah kita upayakan itu dibawa lari, raib oleh kawan maupun lawan. Resiko, wlo seharusnya yang kita lakukan di awal adalah meminimalisirnya. Namun pengorbanan dan resiko itu juga akan tetap ada. Ketika kamu memutuskan untuk melakukan suatu hal, kamu juga telah memutuskan untuk siap mengambil resiko yang ada. :)

Perjuangan, tidak selamanya juga perjuangan yang kita lakukan mendapat hasil yang maksimal. Terkadang kita merasa kecewa atau sedih karena tidak membuahkan hasil. Kita gagal saat tes masuk perguruan tinggi, kita selalu tidak lulus ketika mengikuti tes lowongan pekerjaan. Berkali-kali kita coba terus saja gagal. Saat puing-puing semangat yang pernah runtuh berhasil kita kumpulkan kembali, dan malah kenyataannya kita menjadi gagal atau kecewa untuk kesekian kalinya, apakah itu menjadi alasan kita untuk berhenti berjuang? Saat kesempatan untuk memperoleh sesuatu menjadi kian menipis, apakah itu yang menjadi alasan kita untuk menyerah? Jika memang itu layak untuk diperjuangkan, kenapa kamu harus berhenti untuk berjuang mendapatkannya?.

Jika memang pada akhirnya perjuangan yang dilakukan tak seperti yang diharapkan, tak usah juga berkecil hati. Mungkin ada jalan lain yang ditunjukkan oleh Allah SWT. Bukankah selaku manusia kita juga wajib berusaha dengan takdir yang telah digariskan oleh Allah. Toh, rezeki setiap makhluk juga insya Allah ditanggung oleh yang Maha Kuasa. Cicak-cicak di dinding saja tetap berusaha walaupun harus menunggu lama untuk mendapatkan mangsanya yang kebanyakan hewan bersayap. Klo dipikir-pikir bagaimana bisa seekor cicak yang harus mencari mangsa hewan-hewan kecil yang kebanyakan bisa terbang itu. Toh cicak itu tak bisa terbang. Kenyataannya, walau tak mempunyai sayap, cicak juga akhirnya bisa mendapatkan buruannya.

Di dunia ke-hewan-an, rasanya tidak pernah kita mendengar kasus bunuh diri karena tidak mendapatkan makanan, putus cinta, meratapi diri yang buruk rupa, atau hal lainnya. Seekor buaya mati gantung diri, seekor monyet tewas setelah terjun ke sungai, seekor burung mengakhiri hidupnya dengan tidur di rel kereta api, seekor ular mematuk dirinya sendiri karena putus asa, seekor semut yang menggigit urat nadinya hingga putus (emang ada ya, semut punya nadi? :D), atau kasus-kasus lainnya, pernah kita dengarkah hal yang demikian? Namun kenapa juga kasus itu malah terjadi kepada makhluk Allah yang disempurnakan dengan karunia akal, itu dia manusia.

Sebuah perjuangan, memang harus terus kita lakukan sepanjang hidup kita. Berjuang terhadap sesuatu yang ingin kita perjuangkan. Tak usah takut gagal dan berputus asa dalam berjuang. Berjuang itu tiada batasan, tiada limit, yang ada limit tak hingga. Ketika batasan jatah hidup kita di dunia ini habis, baru pejuangan itu telah usai sesaat. Selanjutnya kita akan menikmati perjuangan kita di dunia ini di akhirat kelak. Namun jika kita tak cukup berjuang di dunia, bisa jadi perjuangan di akhirat akan kembali dilakukan, dan sungguh itu akan luar biasa beratnya.
Sekian dulu tulisan singkat dari saya, mudah-mudahan dapat berguna bagi kita semua. Resolusi tanpa tindakan adalah sia-sia, mimpi tanpa perbuatan juga akan sia-sia. Apapun perjuangan hari ini Insya Allah akan ada hasilnya. Never give up, tetap semangat berjuang...!!! :)


*berikut juga saya berikan beberapa link video orang yang terus berjuang walau dengan keterbatasan.

0 komentar:

Copyright © 2012 Zikra NotesTemplate by :Urangkurai.Powered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.